
Beberapa waktu lalu, dunia hiburan Indonesia dikejutkan dengan rehatnya Deddy Corbuzier dari media sosial. Setelah muncul kembali, dirinya menjelaskan bahwa ia harus beristirahat karena terinfeksi Covid-19 dan terserang badai sitokin. Mungkin bagi sebagian dari kita belum terlalu awam dengan badai sitokin sebagai salah satu dampak pasca Covid-19.
Dampak Covid-19 memang diketahui lebih parah pada lansia atau mereka yang memiliki penyakit penyerta. Namun menurut penelitian dari salah satu dokter, yaitu dr. Pavan Bhatraju dari ICU Harborview Medical Center, Seattle, Amerika Serikat menemukan kondisi pasien Covid-19 menurun setelah tujuh hari dan lebih banyak ditemukan pada pasien yang sehat dan masih muda. Para peneliti meyakini bahwa hal tersebut disebabkan karena produksi sitokin yang berlebihan atau badai sitokin (cytokin strome).
Pengertian Badai Sitokin
Sitokin sendiri merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi yang normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan virus penyebab infeksi. Badai sitokin terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dengan jangka waktu yang cepat. Kondisi ini malah membuat sel imun justru menyerang jaringan sel tubuh yang sehat dan dapat menyebabkan kerusakan organ.
Badai sitokin juga dapat dipicu oleh beberapa infeksi seperti influenza, pneumonia, dan sepsis. Bahkan badai sitokin dapat terjadi tidak hanya pada orang yang mengidap Covid-19, melainkan juga pada pengidap flu dan penyakit pernapasan lainnya. Badai sitokin lebih mudah menyerang orang yang usianya lebih muda karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang berkembang sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah.
Di dalam tubuh, ada empat macam sitokin yaitu:
- Limfokin: berfungsi untuk mengarahkan respon imun menuju daerah infeksi
- Monokin: berfungsi untuk mengarahkan sel-sel neutrofil yang akan membunuh patogen
- Kemokin: berfungsi untuk memicu perpindahan respon imun ke daerah infeksi
- Interleukin: berfungsi untuk mengatur produksi, pertumbuhan, dan pergerakan respon imun dalam reaksi peradangan
Normalnya, sitokin berfungsi sebentar dan berhenti saat respon pada kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi. Namun pada badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi diluar kendali. Hal ini menyebabkan paru-paru mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Jaringan paru-paru yang rusak dapat menyebabkan pasien yang awalnya hanya memerlukan sedikit oksigen bisa mengalami gagal napas dalam waktu semalam.
Gejala dan Penanganan Badai Sitokin
Kondisi badai sitokin biasanya terjadi pada 6-7 hari setelah gejala Covid-19 muncul. Biasanya penderita akan mengalami sesak napas dan demam hingga memerlukan bantuan ventilator. Namun beberapa gejala dibawah ini juga patut diwaspadai sebagai gejala badai sitokin.
- Kelelahan
- Kedinginan atau menggigil
- Mual dan muntah
- Pembengkakan di tungkai
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan persendian
- Batuk
- Ruam kulit
- Napas cepat
- Kejang
- Sulit mengendalikan gerakan
- Tekanan darah sangat rendah
- Penggumpalan darah
- Kebingungan dan halusinasi
Penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU) dan dokter akan melakukan beberapa langkah penanganan sebagai berikut.
- Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh secara intensif
- Pemasangan mesin ventilator
- Pemberian cairan melalui infus
- Pemantauan kadar elektrolit
- Cuci darah (hemodialisis)
- Pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin
Penulis: Serafina Indah Chrisanti
Editor: Sebastian Simbolon