
Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali mengalami erupsi pada Jumat, 22 April 2022. Berdasarkan data dari Magma Indonesia milik Kementerian ESDM, erupsi terpantau terjadi pada pukul 02.37 WIB. Saat erupsi terjadi, kondisi kolom abu teramati adalah setinggi kurang lebih 1.500 meter diatas puncak. Selain itu, kolom abu juga berwarna hitam.
Tidak hanya sekali, dalam website resmi Magma Indonesia tercatat selama bulan April 2022 GAK sudah mengalami 14 kali erupsi. Erupsi pertama pada bulan April 2022 tercatat pada tanggal 15 April 2022 pukul 03.27 WIB dengan tinggi kolom abu kurang lebih 1.000 meter diatas puncak.
Setelah erupsi pada Jumat kemarin, berdasarkan keterangan Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Deny Maryono abu vulkanik sudah menjangkau permukiman warga di pesisir Banten pada Sabtu, 23 April 2022. Warga dihimbau untuk selalu memakai masker. Munculnya abu vulkanik di daerah dekat GAK ini sesuai dengan pantauan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
“Material dari erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang membahayakan jiwa umumnya tidak akan menjangkau warga Sebesi dan Banten. Kalaupun sampai, hanya abu vulkaniknya saja karena bergantung pada arah dan kecepatan angin. Hal ini dapat dimitigasi dengan menggunakan masker,” tulis akun twitter resmi PVMBG, @PVMBG_.
Dalam keterangannya, PVMBG juga menjelaskan bahwa GAK sudah mengalami fase kolaps yang menyebabkan tsunami pada tahun 2018 yang lalu. Dalam pantauan, pasca erupsi GAK akan mengalami fase pertumbuhan lagi pada tubuhnya. Menurut PVMBG ketinggian 300 meter adalah ketinggian kritis bagi GAK untuk kolaps sementara saat ini tingginya 150 meter.
Himbauan PVMBG Atas Erupsi Gunung Anak Krakatau Bagi Warga
Meskipun hingga saat ini belum ada catatan erupsi Gunung Anak Krakatau lagi, PVMBG tetap menghimbau masyarakat sekitar untuk tidak mendekat kompleks GAK. Masyarakat, wisatawan, maupun nelayan dilarang mendekat dalam radius 2 kilometer. Selain itu masyarakat juga diminta untuk selalu waspada namun tetap tenang.
“Erupsi GAK bisa letusan dengan lontaran piroklastik ataupun strombolian. Mungkin bergantian dan bisa terjadi setiap tahun (meski tidak terus menerus). Masyarakat dan aparat terkait tetap waspada, tidak mendekati kompleks GAK, dan mengenali informasi peringatan dini gunung api dari waktu ke waktu melalui magma.esdm.go.id. Juga tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa,” ujar PVMBG.
PVMBG juga menjelaskan bahwa untuk saat ini potensi akan terjadinya tsunami sangat kecil. Hal tersebut disebabkan karena tubuh GAK telah kolaps. Tsunami dapat terjadi jika seluruh tubuh GAK termasuk yang ada dibawah laut ikut kolaps. Namun hal tersebut sampai saat ini belum pernah teramati terjadi, terakhir terjadi pada tahun 1883 yang menyebabkan tsunami yang sangat besar.
Penulis: Serafina Indah Chrisanti
Editor: Sebastian Simbolon