
Belakangan ini mungkin Anda sering mendengar teman, kerabat, atau orang-orang mencari donor konvalesen bagi anggota keluarga yang dirawat karena positif Covid-19. Donor plasma konvalesen atau donor plasma darah ini awalnya dilakukan oleh para peneliti dari Washington University School of Medicine yang mengklaim bahwa plasma darah pasien Covid-19 yang sudah benar-benar sembuh mengandung antibodi yang dapat digunakan untuk melawan virus Covid-19. Namun bagaimana keefektifannya di Indonesia?
Uji klinis terapi plasma konvalesen bagi pasien Covid-19 telah dilakukan oleh tiga pusat uji klinis di Indonesia pada bulan Februari 2021 yang lalu. Tiga pusat uji klinis tersebut adalah Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya, dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dari uji klinis tersebut, diperoleh dua hal yang cukup mengejutkan.
- Terapi plasma darah tidak mempengaruhi length of stay atau lamanya masa perawatan pada pasien Covid-19.
- Pengobatan Covid-19 ditambah terapi plasma konvalesen tidak menurunkan tingkat kematian dibandingkan dengan pasien yang menerima terapi standar tanpa plasma konvalesen.
Terapi plasma konvalesen masih digunakan di Indonesia karena berdasarkan studi multisenter yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa terapi plasma konvalesen bisa memperpanjang sedikit waktu hidup pasien Covid-19 sambil menunggu kesempatan pengobatan lainnya.
Selain di Indonesia, ada beberapa negara yang sudah mengeluarkan uji klinis terhadap terapi plasma darah atau plasma konvalesen dengan hasil sebagai berikut.
- Penelitian dari Universitas Oxford dan Departemen Kesehatan Inggris (NHS) menunjukkan plasma konvalesen tidak menurunkan angka kematian pada pasien Covid-19.
- Institusi Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) menyatakan terapi plasma konvalesen pada pasien gejala ringan dinilai aman, namun tidak memberikan manfaat signifikan.
- Studi para peneliti Argentina yang ditulis dalam New England Journal of Medicine mengatakan kondisi klinis pasien yang menerima terapi plasma konvalesen dan tidak menerima terapi, tidak jauh berbeda.
Hasil studi lain yang berbeda ditunjukkan oleh studi dokter di China terhadap lima pasien Covid-19 dalam keadaan kritis. Hasilnya, tiga pasien dinyatakan sembuh total dan dua pasien lainnya dinyatakan dalam keadaan stabil. WHO juga merekomendasikan penggunaan terapi plasma konvalesen atas dasar empiris dalam pernah digunakannya terapi ini untuk menangani wabah Mers, Ebola, dan Flu Burung (H5N1).
Perbedaan hasil uji klinis mungkin membuat Anda sedikit bingung. Perbedaan hasil uji klinis yang ada juga belum mampu menjawab seberapa efektif terapi plasma darah atau konvalesen terhadap pasien Covid-19. Namun, terapi plasma konvalesen di Indonesia bagi pasien Covid-19 sendiri sudah tercantum dalam protokol dari Kementerian Kesehatan. Keputusan untuk melakukan terapi plasma darah atau konvalesen kepada anggota keluarga yang terinfeksi Covid-19 kembali lagi kepada keputusan keluarga dengan pendampingan dokter yang tepat.
Fungsi Plasma Darah
Plasma darah sendiri ternyata memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia. Plasma membantu membawa protein, hormon, ke berbagai sel dalam tubuh yaitu. Beberapa manfaat plasma darah untuk tubuh manusia adalah sebagai berikut.
- Mempertahankan tekanan darah normal dan tingkat volume darah
- Membuang limbah-limbah hasil metabolisme
- Mengandung nutrisi seperti kalium dan natrium yang membantu kerja sel
- Membantu membawa hormon pertumbuhan yang membantu tumbuhnya tulang dan otot
- Mengandung faktor pembekuan darah yang membantu menghentikan pendarahan
Resiko Terapi Plasma Darah
Meskipun memiliki banyak manfaat untuk tubuh, terapi plasma darah atau konvalesen ternyata juga memiliki beberapa resiko. Beberapa resiko tersebut antara lain adalah kerusakan paru-paru dan kesulitan bernafas, beresiko mengalami HIV atau Hepatitis B dan C karena menerima transfusi dari beberapa donor sekaligus.
Beberapa orang menanyakan apakah setelah menerima terapi plasma konvalesen ada resiko terkena Covid-19? Jawabannya adalah, belum ada uji klinis terhadap resiko tersebut. Namun para peneliti percaya bahwa resikonya rendah, karena pendonor sudah dipastikan sepenuhnya sembuh dari Covid-19.
Penulis: Serafina Indah Chrisanti
Editor: Sebastian Simbolon