
Suhu udara di kawasan Dataran Tinggi Dieng pada pagi hari Kamis, 30 Juni 2022 mencapai -1 derajat Celcius. Suhu yang sangat dingin ini menyebabkan munculnya embun beku atau embun upas. Embun beku tersebut membeku dan menempel di beberapa tanaman di kawasan Candi Arjuna. Menurut masyarakat Dieng sendiri, embun upas disebut juga sebagai racun.
“Fenomena ini terjadi karena suhu menjadi lebih sejuk, kemudian muncul dan turunlah embun-embun yang sejuk dan beku. Namun embun beku yang menempel ke tanaman-tanaman seperti kentang dapat menyebabkan tanaman tersebut mati,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno.
Sementara itu fenomena alam ini juga menjadi hal positif bagi pariwisata di kawasan Dieng. Seperti yang dikatakan oleh Kepala UPT Pengelolaan Wisata Dieng, Utami bahwa fenomena embun beku menjadi salah satu fenomena yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata ke Dieng.
Utami mengatakan bahwa biasanya embun upas akan muncul saat musim kemarau, bahkan cuaca sebelum munculnya es juga sangat cerah. Jika ingin menikmati dan melihat langsung fenomena ini, wisatawan diimbau untuk membawa perlengkapan seperti pakaian hangat karena suhu di Dieng saat musim kemarau akan terasa lebih dingin.
BMKG memperkirakan fenomena alam ini akan terjadi dalam kurun waktu satu dasarian. Pada tahun 2021 fenomena ini pernah terjadi sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 10 Mei 2021, 7 Juli 2021, dan 15-16 Juli 2021. Namun pada tahun ini, fenomena embun beku dimulai lebih awal yaitu pada tanggal 4 Januari 2022.
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Embun Upas
Menurut Sutikno, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya embun upas di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kondisi meteorologis dan juga musim yang saat ini sedang berlangsung yaitu musim kemarau. Suhu di musim kemarau disebut lebih dingin daripada saat musim penghujan.
“Dalam kondisi ini, panas matahari lebih banyak terbuang ke angkasa dan menyebabkan suhu lebih dingin. Selain itu kandungan air dalam tanah dan uap air di udara sangat tipis, hal ini menyebabkan adanya kelembaban udara,” ujar Sutikno.
Sementara itu pada musim kemarau, daerah di dataran tinggi atau pegunungan berpeluang memiliki kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat celcius. Hal ini disebabkan karena molekul udara di daerah dataran tinggi lebih renggang. Dalam keadaan ini uap air akan mengalami kondensasi dan mengembun untuk jatuh ke tanah atau tanaman.
Suhu udara yang dingin menyebabkan embun yang menempel ke tanah atau tanaman menjadi beku dan inilah yang disebut dengan embun upas. Fenomena ini sempat menjadi perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Dalam unggahannya di akun Instagram @ganjar_pranowo, Ganjar bertanya pada masyarakat “kamu dapat salam dari negeri diatas awan, Dieng. Berani kesini?’
Penulis: Serafina Indah
Editor: Sebastian Simbolon